𝐂𝐞𝐦𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐩𝐨𝐥𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐥𝐢𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐧𝐢𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐞𝐬𝐢𝐤𝐨 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢

 

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐮𝐛𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐏𝐡 𝐦𝐞𝐭𝐞𝐫

infokota.online Bandung 25/6/2023-

Polusi yang terjadi akibat penggunaan zat kimia berbahaya di sektor pertanian telah berdampak serius bagi lingkungan. Pencemaran lingkungan yang disebabkan dari penggunaan Pestisida dan Herbisida yang melampaui ambang batas wajar dosis dan interval sudah mengakibatkan banyak dampak negatif. 


Air sungai Citarum digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan energi listrik juga sebagai sumber irigasi lahan pertanian sehingga jika tercemar logam berat akan terdampak pada lahan, tanaman dan juga produk pertanian yang akan dikonsumsi masyarakat. 


Pada penelitian yang dilakukan oleh pihak Kampus Undip pada tahun 2022 lalu, membuktikan lahan pertanian yang tercemar logam Cd dapat mengalami penurunan komunitas jamur Arbuscular mycorrhizal (AM) yang berperan penting dalam menjaga keanekagaraman dan produktifitas tanaman (Lin et al., 2020). Konsentrasi logam berat juga mempengaruhi kemelimpahan mikroba dalam tanah (Xiao et al., 2022).


 Akulumasi logam berat pada tubuh manusia dapat menyebabkan berbagai penyakit, logam Cd dapat menyebabkan penyakit autoimun pada tubuh manusia (Aleksandrov et al., 2021), paparan logam berat juga dapat menyebabkan penyakit stroke, jantung kronis dan diabetes (Yang et al., 2020), hal tersebut diperkuat dengan korelasi positif antara kandungan logam berat pada darah dan urine dengan kasus penyakit cardiovaskuler dan kematian akibat kanker (Duan et al., 2020). 


Sumber logam berat di lahan pertanian selain dari air irigasi (Affum et al., 2020) juga dapat berasal dari kegiatan industri dan budidaya pertanian yang dilakukan petani dengan mengaplikasikan pupuk dan pestisida kimia selama masa tanam. Akumulasi logam berat pada tanah pertanian berkorelasi dengan jarak dari suatu industri (Chen et al., 2022). Kegiatan budidaya pertanian merupakan sumber terbesar adanya logam berat Cd pada lahan pertanian (Fei et al., 2019). 


Penggunaan air sungai Citarum sebagai sumber irigasi dan adanya aplikasi bahan agrokimia pada budidaya pertanian di Hulu Sungai Citarum maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai tingkat kontaminasi logam berat pada lahan pertanian di Kabupaten Bandung (DAS Hulu Sungai Citarum) dengan menganalisis faktor kontaminasi, faktor resiko ekologi, indeks beban polusi dan tingkat akumulasi logam berat yang berasal dari sumber antrhopogenik. 


Masalah terbesar lainnya di sungai Citarum adalah pencemaran air dan penurunan kualitas air yang semakin meningkat. Banyaknya pencemar yang  dibuang ke sungai citarum bagian hulu menjadikan sungai citarum menjadi tercemar (Hairan et al., 2021). 


Ektensifikasi pertanian di hulu sungai Citarum telah meningkatkan penggunaan pestisida. Ada 31 jenis pestisida yang digunakan oleh petani di hulu sungai Citarum dan kandungan residu pestisida yang ada pada air sungai citarum hulu telah mencapai tahap beresiko terhadap kehidupan biota sungai (Utami et al., 2020). 


Pada sampel ikan lele yang diambil dari beberapa lokasi di sepanjang sungai Citarum ditemu


kan kandungan residu pestida golongan organoklorin seperti heptaklor, endosulfan dan DDT (Rahmawati et al., 2013).  


Kandungan logam berat juga ditemukan di sungai Citarum seperti konsentrasi logam Cd ditemukan pada sampel air sungai Citarum hulu dengan segmen Dayeuhkolot, Cisirung dan Nanjung (Rachmaningrum et al., 2015). 


Beberapa penelitian juga telah menemukan konsentrasi logam berat pada limbah buangan pabrik yang mengalir di sungai Citarum seperti logam Merkuri, Kromium Heksavalen, Timbal dan Cadmium (Putra, 2016). Kandungan logam berat yang ada pada air sungai Citarum akan memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat disekitarnya.  


Oleh karena itu pentingnya mengurangi bahkan menghentikan penggunaan zat kimia berbahaya bagi pertanian sangatlah mendesak. Mengingat dampak dan resiko dari pencemaran lingkungan yang akan berdampak serius bagi seluruh ekosistem hilir dari sisa produksi pertanian, baik itu pengonsumsi air, tanah, dan udara limpahan  pasca proses produksi serta hasil keluaran berupa bahan pangan yang mengandung toxin.


(Drc)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Tua Wali murid diusir saat wisuda SMAN 1 Wiradesa, Panitia dianggap terlalu arogan!

Kades Wuled Bantah Tuntutan Demo, Tegaskan Tak Ada Pelanggaran

Ruben Klarifikasi, Saim Pun Angkat Bicara!