π€π¬πš 𝐑𝐚𝐫𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐭𝐚𝐧𝐒 𝐝𝐒𝐭𝐞𝐧𝐠𝐚𝐑 𝐒𝐀π₯𝐒𝐦 𝐩𝐞𝐫𝐩𝐨π₯𝐒𝐭𝐒𝐀𝐚𝐧

 


Infokota.online Pekalongan 14/4/23

Kabupaten Pekalongan memasuki masa akhir panen Padi periode tanam akhir tahun 2022. Hamparan tanah lahan pertanian telah berubah penampilan kembali nampak menjadi lahan kosong. Setelah 2 bulan melangsungkan masa panen padi yang sangat meriah kini Petani kembali memulai tahap tanam Padi periode pertama di tahun 2023.


Namun sayangnya saat sedang berbahagia melangsungkan pesta panen justru Petani dikejutkan dengan kabar akan hadirnya Beras Import sejumlah 2 juta ton. Tentunya kabar tersebut merupakan cerita pahit bagi Petani Indonesia khususnya daerah Pantura sekitaran Pekalongan. 


Harga jual Gabah saat ini memanglah masih cukup bagus bahkan tembus di angka Rp6.000, untuk grade A atau kualitas terbaik yang mampu menghasilkan rendemen Beras sejumlah 60 Kg dari 100 Kg Gabah. Namun kehawatiran tersendiri justru menghampiri pelaku penggilingan Gabah. Ancaman tersebut terjadi bila saat bahan baku Beras yang dibeli dengan harga cukup tinggi tersebut selesai diproses dan menjalani fase edar di pasaran justru Beras Import juga beredar di pasaran dengan harga yang jauh lebih murah.


Di sisi lain, petani masih berharap adanya program pemberdayaan khusus dari Pemerintah baik Pusat maupun Daerah seperti penambahan Mekanisasi pada pekerjaan Pertanian yang ditujukan untuk menurunkan beban biaya produksi. Karena dengan menambahkan sejumlah perkakas berteknologi baru, pelaku Pertanian dapat meringkas tahapan kerja dan mengurangi beban operasional salah satunya mengurangi jumlah tenaga kerja manusia.


Semakin efisien dan efektifnya pelaksanaan pekerjaan pertanian akan menjadikan menurunnya beban pokok produksi sehingga bisa memberi ruang lebih bagi anggaran dana produksi di tingkat Petani. Tak cuma mesin saja, Pertanian di Indonesia membutuhkan banyak campur tangan para pemangku kebijakan dalam hal lain, seperti ; Penambahan tenaga kerja produktif baru, pendidikan manajemen produksi dan pasca produksi yang baik dan benar, pengetahuan teknis dalam metode perawatan dan pemrosesan pasca produksi, dan juga sumber permodalan atau dana talangan untuk mendukung keamanan dan kelangsungan pelaksaan proses tanam.


Sebab, kalau hanya menumpukan kepada Petani agar mereka dapat berkembang mandiri dari segala apa yang ada saat ini tentulah sangat sulit bagi Pertanian Indonesia untuk terus melaju kencang ditengah hempasan arus perdagangan Global. Dimana semua Negara terdekat dari Indonesia bisa dengan leluasa menjual hasil bumi dan segala sarana dan prasarananya kepada Negeri tercinta kita ini.


Kebijakan yang belum konsen terhadap Pertanian nampaknya menyakiti perasaan Petani saat ini. Saat sektor lain telah mendapat perhatian untuk pengembangan, sektor Pertanian terasa dibiarkan begitu saja bagi segenap Petani pelaku produksi. Petani terbawa arus situasi perpolitikan Nasional dan Global saat ini. Apapun yang menjadi kebijakan besar bagi Negara ini langsung berimbas pada Petani. Seperti kebijakan mendatangkan Beras import dan regulasi permodalan bagi dunia Pertanian.


Petani Pekalongan khususnya kini sedang menantikan sapaan dari Pemerintah. Mereka sangat menantikan dukungan dan pengembangan yang bersifat spesifik dan terukur untuk upaya memajukan Pertanian demi kemakmuran pelaku dan menurunkan beban produksi agar bisa menjual Beras dengan harga yang lebih murah dari saat ini tanpa harus merugi karena margin keuntungannya yang ditekan seolah dikorbankan demi tercapainya harga sembako murah.


(Drc)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Tua Wali murid diusir saat wisuda SMAN 1 Wiradesa, Panitia dianggap terlalu arogan!

Kades Wuled Bantah Tuntutan Demo, Tegaskan Tak Ada Pelanggaran

Ruben Klarifikasi, Saim Pun Angkat Bicara!