𝐓𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐬𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐨𝐥𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐠𝐮 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐰𝐚𝐫𝐠𝐚

 



𝐈𝐧𝐟𝐨𝐤𝐨𝐭𝐚.𝐨𝐧𝐥𝐢𝐧𝐞 Pekalongan 25/6/2023-

Temuan fakta lapangan terkait cemaran logam berat di sumur warga Kelurahan Medono mengejutkan warga. 


Setelah mengembangkan investigasi di lapangan terkait informasi pencemaran air sungai di lingkungan Kota Pekalongan (24/6/2023) Tim Riset PT. Deruci Agrikultur (persero) mendapati fakta bahwa jumlah besaran muatan cemaran di fisik air sumur milik salah seorang warga bernama Aminudin Kelurahan Medono sebesar kurang lebih 500 EC sedangkan ambang batas wajar yang masih layak dikonsumsi.  dan peruntukan MCK adalah sebesar maksimal 100 EC. Ciswanto, S.T. sebagai Kepala Divisi Asesmen dan Manajemen Lingkungan PT. Deruci Agrikultur mengatakan, " Temuan ini merupakan fakta yang mencengangkan bagi kami, tentunya masyarakat berhak untuk mendapatkan penanganan dan solusi dari pihak yang berwenang agar terbebas dari ancaman potensi bahaya cemaran mineral B3 di lingkungan tinggal mereka."


Dari temuan tersebut tim investigasi kami akan memperdalam kasus ini dan menglarifikasi kepada pihak terkait guna mendapat keterangan lebih akurat perihal kandungan mineral logam berat yang mengakibatkan gangguan kesehatan bagi sejumlah warga, yaitu exim yang tak kunjung sembuh dan karies gigi. Seperti yang disammpaikan oleh Handono Warih.


" Memang tidak semua warga terdampak penyakit seperti yang kami sebutkan diatas. Bagi warga yang genetiknya lebih kuat akan mampu mentolerir kadar cemaran tersebut karena sudah beradaptasi dan mutasi genetik dengan lingkungannya. Namun bagi individu yang tidak mampu beradaptasi dengan baik maka imbasnya bisa beragam salah satunya seperti yang kami sampaikan diatas." Ujar Handono Warih pemilik wadah konsultasi pertanian DeRuci yang juga memproduksi vaksin untuk pertanian.


Putri balita berusia 4 tahun sering mengalami kendala penyakit kulit berupa gatal-gatal, ruam, kulit kusam dan berbintik saat menggunakan air sumur tersebut. Bagitu pula dengan Satria balita 2 tahun adik Putri. Martin sang Ibu dari kedua balita tersebut adalah warga asli Medono yang sejak kecil sudah tinggal di sana. Namun setelah berkeluarga Ia tak tinggal lagi di Medono karena mengikuti suaminya tinggal di daerah lain, ketika Ia membawa kedua anaknya untuk tinggal beberapa hari di Medono kendala penyakit kulit dan gigi karies mulai dirasa oleh kedua anaknya. Martin membenarkan kabar tersebut, " Anak kami kalau mandi pakai air sumur ya gatal-gatal kulitnya, dari lahir di Wonopringgo (Kab. Pekalongan) kalau pakai air sumur sana ya ngga masalah. Jadi terpaksa harus numpang mandi di rumah tetangga yang sudah pasang PAM." Ujar Martin saat ditemui Jurnalis kami. 


Tentu saja seperti yang telah dikatakan Sofa  aktivis JARNAS yang menjabat sebagai Bendahara Nasional, " Cemaran Air sungai tentu akan merembes dan meresap kedalam tanah hingga mengontaminasi sumur - sumur warga". Ujarnya saat ditemui Jurnalis kami.(25/6/2023). 


Warga menuturkan bahwa permasalahan pencemaran air sungai di Kota Pekalongan bukan berita baru, telah bertahun - tahun diadakan usulan kepada pihak yang berwenang namun tetap tak kunjung ada solusi dan realisasi penyelesaian masalah. Tentu saja warga juga lebih memilih air minum dalam kemasan dibanding memasak air untuk kebutuhan minum dan makan mereka. Dari warna air sumur yang keruh kekuningan dan cenderung berbau menyengat secara otomatis warga takut menggunakannya untuk kebutuhan air konsumsi.


Sample kasus penyakit kulit tak kunjung sembuh pada individu berusia dewasa pun pernah terjadi, bahkan hingga kedua (Mak N) (S) warga tersebut meninggal dunia semua upaya pengobatan tak menghasilkan kesembuhan pada penyakit gatal mereka. Juga ada kejadian salah seorang warga yang berpindah domisili penyakit kulitnya justru bisa berangsur sembuh. Hal itu disinyalir merupakan dampak dari kontaminasi dengan cemaran mineral logam berat di fisik air sumur.


Martin menambahkan, " Dulu sebelum air sungai dekat Kelurahan belum hitam begitu sumur rumah kami tidak sekeruh ini, masih layak konsumsi lah." Pungkasnya.


Kasus serupa di tempat lain juga pernah diteliti oleh peneliti dari Universitas Diponegoro Program Pasca Sarjana untuk Balai Penelitian Lingkungan Pertanian , Kementerian Pertanian oleh Cicik Oktasari Handayani, Sukarjo, dan Triyani Dewi tahun 2022 lalu. Bahwa temuan cemaran zat B3 pada perairan cukup membahayakan ekosistem. Beberapa penelitian juga telah menemukan konsentrasi logam berat pada limbah buangan pabrik yang mengalir di sungai Citarum seperti logam Merkuri, Kromium Heksavalen, Timbal dan Cadmium (Putra, 2016). Kandungan logam berat yang ada pada air sungai Citarum akan memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat disekitarnya.


Kasus temuan di Pekalongan juga semestinya mendapat perhatian khusus, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis dan besaran cemaran dari pihak terkait guna mempersiapkan langkah antisipasi dan penanganan dari permasalahan yang telah terjadi agar tidak berdampak buruk untuk jangka panjangnya.


Sementara itu Dinas Ketahanan pangan dan pertanian Kabupaten Pekalongan telah berupaya mengurangi penggunaan pestisida yang berbahaya untuk lingkungan melalui Koordinator penyuluh Kecamatan Kesesi Unggul D.W., S.P. (20/6/2023) upaya dinas Pertanian Kabupaten Pekalongan mengurangi limbah pertanian telah disosialisasikan intensif pada warganya dan kini dinas Pertanian Pekalongan sedang gencar mengkampanyekan pertanian organik untuk kebaikan lingkungan.


(Drc)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Tua Wali murid diusir saat wisuda SMAN 1 Wiradesa, Panitia dianggap terlalu arogan!

Kades Wuled Bantah Tuntutan Demo, Tegaskan Tak Ada Pelanggaran

Ruben Klarifikasi, Saim Pun Angkat Bicara!